Minggu, 21 Agustus 2011

Etiologi

OCD kadang-kadang disebabkan oleh depresi, gangguan makan, gangguan penyalahgunaan obat, gangguan kepribadian, gangguan perhatian defisit atau gangguan kecemasan lain. ada co-gangguan tersebut dapat membuat sulit untuk mendiagnosa dan mengobati OCD. Teori lain tentang penyebab OCD tidak hanya pada faktor biologis tetapi berfokus pada interaksi antara perilaku, lingkungan, kepercayaan, sikap, dan bagaimana informasi diproses (http://www.nimh.nih.gov/publication/ocd.cfm , 2003/07/17).

1.      Faktor Biologis
Terjadinya gangguan obsesif kompulsif diasosiasikan dengan encefatilis, cedera kepala dan tumor otak. Dua area otak yang dapat terpengaruh oleh trauma semacam itu adalah lobus frontalis dan ganglia basalis, serangkaian nuklei sub-kortikal termasuk caudate, putamen, globus pallidus dan amigdala. Studi menunjukkan peningkatan aktivasi pada lobus frontalis pasien OCD mencerminkan kekhawatiran yang berlebihan terhadap pikiran mereka sendiri.
Ganglia basalis, suatu sistem yang berhubungan dengan pengendalian perilaku kotorik disebabkan oleh relevansinya dengan kompulsi dan hubungan antara OCD dan sindrom Tourette. Rauch dkk (1994) memberikan stimuli yang dipilih secara khusus pada penderita OCD seperti sarung tangan yang kotor oleh sampah atau pintu yang tidak dikunci. Aliran darah di otak meningkat pada daerah frontalis dan ke beberapa ganglia basalis. Penderita OCD juga ditemukan memiliki putamen yang lebih kecil.
OCD juga dikaitkan dengan tingkat serotonin yang rendah atau berkurangnya jumlah reseptor. Penelitian terhadap obat-obatan yang menstimulasi reseptor serotonin mengindikasikan bahwa obat-obatan tersebut akan memperparah simptom OCD, bukan menguranginya. OCD juga disebabkan oleh suatu sistem neotransmitter yang berpasangan dengan serotonin. Bila dipengaruhi antidepressan, sistem serotonin menyebabkan perubahan pada sistem lain tersebut yang merupakan lokasi sebenarnya dari efek terapeutik. Selain itu genetik juga berkontribusi pada OCD. Tingkat kejadian gangguan anxietas yang tinggi muncul pada kerabat tingkat pertama pasien penderita OCD. Prevalensi OCD juga lebih tinggi pada kerabat tingkat pertama kasus – kasus OCD dibandingkan pada kerabat kelompok kontrol.
Berikut ini adalah video tentang otak penderita OCD :
 

2.    Faktor Psikososial
2.1.  Teori Psikoanalisa
Menurut teori Psikolanalisa, obsesi dan kompulsi disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual, atau agresi yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang begitu keras. Hal ini karena terfiksasi pada masa anal. Simptom yang muncul mencerminkan hasil perjuangan antara id dan mekanisme pertahanan (defence mechanisme). Kadang- kadang insting agresi id mendominasi, kadang pula defence mechanisme yang mendominasi. Contohnya, ketika fikiran onsesif membunuh seseorang muncul, saat itulah dorongan id yang mendominasi. Sedangkan saat seseorang terfiksasi pada tahap anal melalui formasi reaksi, menahan dorongan untuk kotor dan secara kompulsif menjadi rapi, bersih dan teratur.
Sedangkan Alfred Adler memandang gangguan obsesif kompulsif sebagai akibat dari rasa tidak kompeten.  Ketika anak tidak terdorong untuk mengembangkan perasaan kompeten oleh orang tua (karena orang tua sangat dominan atau memanjakan), maka anak akan mengalami kompleks inferioritas dan secara tidak sadar melakukan ritual kompulsif untuk menciptakan wilayah dimana anak dapat menggunakan kendali dan merasa terampil.
2.2.   Teori Behavioral dan Kognitif
Teori ini menganggap bahwa kompulsi adalah perilaku yang dipelajari dan dikuatkan oleh reduksi rasa takut (Meyer & Chesser 1970). Contohnya mencuci tangan secara kompulsif dipandang sebagai respon pelarian operant yang mengurangi kekhawatiran obsesional dan ketakutan terhadap kontaminasi dari kotoran dan kuman.  Tindakan kompulsi sering muncul karena stimuli yang menimbulkan kecemasan sulit disadari. Penderita sangat sulit mengatahui kapan kuman akan muncul atau dapat dihilangkan oleh ritual pembersihan.
Pemikiran lain menyebutkan bahwa pengecekan secara kompulsif disebabkan oleh defisit memori. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara akurat (seperti mematikan kompor) atau membedakan antara perilaku aktual dan perilaku yang dibayangkan dapat menyebabkan seseorang berulang kali melakukan pengecekan.  Namun, sebagian besar studi menemukan bahwa penderita OCD tidak menunjukkan defisit memori.
Obsesi pasien penderita OCD biasanya membuat mereka cemas. Sebagian besar orang kadang-kadang memiliki pemikiran yang tidak diinginkan yang memiliki kesamaan isi dengan obsesi. Pemikiran yang tidak menyenangkan ini bertambah ketika seseorang berada dalam kondisi stress. Individu normal dapat menoleransi atau menghapus kognisi tersebut, tetapi bagi penderita OCD , pikiran OCD ini dapat dipicu oleh keyakinan bahwa memikirkan tentang kejadian yang berpotensial tidak menyenangkan membuat kejadian tersebut lebih besar kemungkinannya untuk benar-benar terjadi. Selain itu mereka juga kesulitan untuk mengabaikan stimuli yang berkontribusi pada bebagai kesulitan mereka.
Penderita OCD secara aktif menekan pikiran yang mengganggu, namun seringkali dengan konsekuensi  yang tidak mengenakkan. Upaya untuk menekan pikiran  yang tidak menyenangkan biasanya berhubungan dengan kondisi emosional intens menyebabkan hubungan kuat antara pikiran yag ditekan dan emosi. Setelah melakukan banyak upaya untuk menekan suatu emosi kuat dapat memicu pikiran tersebut untuk kembali, disertai peningkatan mood negatif. Akibatnya kecemasan pun meningkat.
OCD didorong kebutuhan yang tidak masuk akal untuk merasa kompeten, bahkan sempurna. Jika tidak demikian, orang yang bersagkutan merasa tidak berharga.

0 komentar:

Posting Komentar